DEMAM BERDARAH, KENALI, CEGAH, DAN HINDARI

DEMAM BERDARAH, KENALI, CEGAH, DAN HINDARI

 

Nyamuk Aedes Aegypti dikenal sebagai nyamuk penyebab Demam Berdarah (DBD).  Aedes Aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. Selain dengue,  juga merupakan pembawa virus demam kuning (yellow fever), chikungunya, dan demam Zika yang disebabkan oleh virus Zika. Penyebaran nyamuk jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh dunia. Sebagai pembawa virus dengue, A. aegypti merupakan pembawa utama (primary vector) dan bersama Aedes albopictus menciptakan siklus persebaran dengue di desa dan kota. Mengingat keganasan penyakit demam berdarah, masyarakat harus mampu mengenali dan mengetahui cara-cara mengendalikan jenis ini untuk membantu mengurangi persebaran penyakit demam berdarah.

Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh berwarna hitam kecokelatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan gari-garis putih keperakan. Di bagian punggung (dorsal) tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari spesies ini. Sisik-sisik pada tubuh nyamuk pada umumnya mudah rontok atau terlepas sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua. Ukuran dan warna nyamuk jenis ini kerap berbeda antarpopulasi, tergantung dari kondisi lingkungan dan nutrisi yang diperoleh nyamuk selama perkembangan. Nyamuk jantan dan betina tidak memiliki perbedaan dalam hal ukuran nyamuk jantan yang umumnya lebih kecil dari betina dan terdapatnya rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan. Tetapi masyarakat awam lebih mengenali dengan pencirian nyamuk berwarna hitam dengan bercak putih pada tubuhnya. Nyamuk ini terutama menggigit manusia. Nyamuk betina perlu menghisap darah untuk menghasilkan telur, sedangkan nyamuk jantan makan dari sari bunga. Nyamuk DBD lebih aktif pada siang hari (bersifat diurnal atau aktif pada pagi hingga siang hari), namun dapat pula menggigit pada malam hari jika pencahayaan baik.

Nyamuk DBD paling sering berkembang biak pada musim penghujan. Jarak terbang nyamuk kurang dari 100 meter. Umur hidup nyamuk adalah 3 minggu. Nyamuk DBD membawa virus di dalam tubuhnya. Penyakit DBD ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Gejala penyakit muncul 4-7 hari setelah digigit nyamuk.

Nyamuk DBD hidup dalam 4 tahapan, yaitu telur, larva, pupa dan nyamuk seperti berikut ini :

– Nyamuk betina meletakkan telurnya di dinding tempat penampungan air
– Kemudian telur menetas di air menjadi larva
– Setelah 1 minggu larva berubah menjadi pupa
– Pupa berkembang menjadi nyamuk dewasa.

 

 

 

 

Taksonomi Nyamuk adalah sebagai berikut (Handayani and Ishak, 2011) :

Kingdom            = Animalia

Phylum               = Arthropoda

Subphylum      = Uniramia

Kelas                    = Insekta

Ordo                     = Diptera

Subordo            = Nematosera

Familia                = Culicidae

Sub family        = Culicinae

Tribus                  = Culicini

Genus                  = Aedes

Spesies               = Aedes aegypti

 

Nyamuk A. aegypti, seperti halnya culicines lain, meletakkan telur pada permukaan air bersih secara individual. Telur berbentuk elips berwarna hitam dan terpisah satu dengan yang lain. Telur menetas dalam 1 sampai 2 hari menjadi larva. Nyamuk dapat bertelur di dalam maupun di luar rumah. Nyamuk betina bertelur sampai 5 kali selama hidupnya dan mengeluarkan 100 telur dalam sekali bertelur. Telur nyamuk tampak seperti kotoran berwarna hitam. Telur ini sangat lengket di dinding penampungan air dan dapat bertahan tanpa air atau tahan kekeringan dan dapat bertahan hingga 3 bulan. Jika terendam air, telur kering dapat menetas menjadi larva. Sebaliknya, larva sangat membutuhkan air yang cukup untuk perkembangannya. Kondisi larva saat berkembang dapat memengaruhi kondisi nyamuk dewasa yang dihasilkan.

Terdapat empat tahapan dalam perkembangan larva yang disebut instar. Perkembangan dari instar 1 ke instar 4 memerlukan waktu sekitar 5 hari. Setelah mencapai instar ke-4, larva berubah menjadi pupa di mana larva memasuki masa dorman. Pupa bertahan selama 2 hari sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar dari pupa. Keseluruhan  perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa membutuhkan waktu 8 hingga 14 hari, namun dapat lebih lama jika kondisi lingkungan tidak mendukung.

 

 

Mengingat belum ada obat khusus atau vaksin untuk penyakit DBD ini.

Ada berbagai  cara mengurangi kemungkinan terkena penyakit Demam Berdarah, salah satu alternatifnya adalah dengan memutus daur hidup nyamuk melalui penjebakan dan pemanfaatan jentik nyamuk untuk makanan ikan. Pemutusan daur hidup dipilih mengingat metode yang lain dirasa kurang efektif dan memiliki kelemahan.

 

Metode pengasapan atau fogging dirasa kurang efektif dilakukan, karena tidak bisa memusnahkan 100 persen nyamuk Aedes aegypti. Pengasapan yang benar juga dilakukan dengan selang waktu seminggu sekali dan relative meninggalkan residu pestisida yang dikawatirkan berbahaya bagi manusia

 

Penggunaan “teknik serangga mandul” (TSM) yang saat ini masih dikembangkan oleh Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional (PAIR Batan) yang berpusat di Jakarta Selatan. Mekanisme “teknik serangga mandul” (TSM) adalah dengan cara pemilik rumah diminta melepaskan nyamuk jantan Aedes aegypti sekitar 50 ekor di area rumah yang dijadikan target. Nyamuk-nyamuk jantan yang dilepaskan akan bertugas mengawini nyamuk betina. Hal menariknya, nyamuk jantan yang dilepaskan ini sudah diradiasi dan sudah  dibuat mandul dan juga tidak menggigit manusia, sehingga telur yang dihasilkan oleh nyamuk betina hasil perkembangbian ini tidak akan pernah menetas. Pihak PAIR Batan menyarankan agar pelepasan nyamuk jantan ini berlangsung sebulan sekali hingga lima bulan. Selain itu, PAIR Batan juga telah melakukan uji coba dengan metode ini, seperti di Kabupaten Semarang, Banjarnegara, dan lainnya. Hasilnya, kasus demam berdarah (DBD) berkurang drastis. Kelemahannya masyarakat kemungkinan tidak sabar, harga yang dibanderol PAIR Batan untuk 50 ekor nyamuk seharga Rp 5.000 per wadahnya, sehingga setidaknya masyarakat membutuhkan Rp 25.000 untuk lima kali TSM.

Penjebakan nyamuk dengan penampungan air

Menjebak nyamuk dengan kaleng, botol bekas untuk media penampungan air dan gula serta ragi yang disediakan untuk sarang nyamuk bertelur. Air dalam wadah untuk menampung nyamuk bertelur diletakkan di tempat gelap atau pojok ruangan atau sekitar pohon di mana tempat nyamuk berkumpul. Selanjutnya wadah penampung diamati 2 hari satu kali, apabila terdapat jentik jentik nyamuk  tunggu air tersebut selama maksimal enam hari, lalu jentik-jentik di saring dari air menggunakan saringan teh dan digunakan sebagai makanan ikan pelihataan yaitu ikan nila di kolam. Metode tersebut diulangi hingga tiga-empat minggu, setelah itu jentik akan berkurang karena populasi nyamuk juga semakin berkurang. Untuk mencoba metode ini, harus telaten punya komitmen dan konsisten. Juga didalam mengamati perkembangan jentik-jentik, menyaring jentik haris teliti serta cermat. Sebab, jika jentik tidak disaring lebih dari enam hari atau lolos dari penyaring maka akan berkembang menjadi nyamuk dewasa yang justru akan menambah populasi.

kusnardi

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top